Tag Archives: IgG avidity Toxoplasma

Pemeriksaan Toxoplasmosis

Toxoplasmosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan Toxoplasma gondii, suatu protozoa intraseluler obligat. Ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika utara.  Penyakit Toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, domba, dan hewan peliharaan lainnya.Hospes definitif dari Toxoplasma gondii adalah kucing. Artinya parasit ini dapat berkembang biak dalam tubuh hewan ini, sehingga kucing dapat menularkan penyakit Toxoplasmosis ini. Manusia disini hanya sebagai perantara, dimana parasit ini hanya  dapat hidup dalam bentuk vegetatif tanpa melakukan persilangan. Sehingga manusia  tidak dapat menularkan Toxoplasmosis.

Banyak kasus toksoplasmosis pada manusia didapat dari masuknya jaringan kista pada daging yang terinfeksi atau ookista pada makanan yang tercemar kotoran kucing. Bradyzoite dari jaringan kista atau sporozoite yang terlepas dari ookista masuk ke sel-sel epitel di usus dan membelah diri di usus. Toxoplasma gondii dapat menyebar, baik secara lokal ke jaringan limfe di perut maupun ke organ-organ yang cukup jauh dengan menyerang kelenjar-kelenjar limfe dan darah.  Gambaran klinis akan tampak setelah beberapa waktu dari rusaknya jaringan dari beberapa organ yang terinfeksi, khususnya yang vital dan penting seperti mata, jantung, dan kelenjar adrenal.

Pemeriksaan Toxoplasmosis sendiri ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi yang muncul akibat masuknya Toxoplasma gondii ke dalam tubuh penderita.  Pemeriksaan yang dilakukan meliputi  IgM Toxoplasma, IgG Toxoplasma dan IgG avidity Toxoplasma. Ada beberapa indikasi yang menentukan kapan kita perlu pemeriksaan Toxoplasma ini, diantaranya : riwayat infertilitas, abortus yang berulang, kelahiran prematur, lahir mati, kelainan kongenital dan adanya riwayat memelihara hewan piaraan seperti kucing. Indikasi lain pemeriksaan serologi toxoplasmosis adalah untuk menentukan derajat penyakit dan pemantauan terapi.

Lalu bagaimana hasil pemeriksaan serologi Toxoplasma dilaporkan ? Karena metode pemeriksaan ini bermacam-macam, maka nilai rujukan/referensi pun berbeda-beda tergantung dari metode yang digunakan dan di laboratorium mana pemeriksaan serologi ini dilakukan. Prinsipnya terdapat dua jenis pelaporan hasil; secara kualitatif dan secara kuantitatif. Kualitatif hanya melaporkan hasil berupa positif atau negatif  saja, sedangkan hasil kualitatif akan memberikan hasil berupa angka (indeks) yang perlu diinterpretasikan lagi.

Berikut adalah contoh hasil dan interpretasi hasil pemeriksaan serologi Toxoplasma :

Laporan hasil IgG Toxoplasma dalam IU/mL dan positif atau negatif.

  • Sampel dengan hasil nilai kurang dari 6.4 IU/mL  dinyatakan negatif
  • Sampel dengan hasil nilai antara 6.4-9.9 IU/mL dinyatakan equivocal
  • Sampel dengan hasil nilai lebih dari 10 IU/mL dinyatakan positif

Laporan hasil IgM Toxoplasma dalam indeks dan positif atau negatif.

  • Sampel dengan hasil nilai indeks kurang dari 0.9 dinyatakan negatif
  • Sampel dengan hasil nilai indeks antara 0.9-0.99 dinyatakan ekuivokal
  • Sampel dengan hasil nilai indeks lebih dari 1.0  dinyatakan positif

 Laporan hasil IgG avidity Toxoplasma

  • Sampel dengan hasil avidity index ≤ 50%  menunjukkan aviditas yang rendah, makna klinisnya menunjukkan adanya infeksi akut Toxoplasma
  • Sampel dengan hasil avidity index  50%-60%  menunjukkan aviditas borderline, makna klinisnya menunjukkan bahwa Toxoplasmosis belum dapat ditentukan, perlu pemeriksaan ulang dan evaluasi kondisi klinis.
  • Sampel dengan hasil avidity index ≥ 60%  menunjukkan aviditas yang kuat, makna klinisnya menunjukkan adanya infeksi  kronik Toxoplasma .                                               Tes IgG avidity Toxoplasma ini diperiksakan untuk membedakan apakah infeksi Toxoplasma ini akut (sedang menderita Toxoplasma) atau kronis (pernah menderita Toxoplasma), Hal ini penting terutama untuk wanita hamil, apakah dia memerlukan terapi atau tidak. Pada kondisi akut diperlukan terapi sedangkan kondisi kronis tak perlu diterapi. Semoga bermanfaat